Rabu, 27 Juni 2018

Inilah Duka Ketidakpastian Menjadi Mahasiswa Pendidikan

style='display:block; text-align:center;'/>
Teman-teman, tak bisa dipungkiri kalau kita hidup di zaman yang tidak menghargai profesi guru. Profesi guru diobral, dan jurusan pendidikan bukannya ditingkatkan kualitasnya tapi malah digampangkan. Saat ini, tidak perlu menjadi mahasiswa pendidikan untuk mengajar. Siapapun boleh menjadi guru, kata pemerintah. Hanya dengan beberapa sks sebagai matrikulasi saja, seorang sarjana bisa memperoleh gelar pendidik tanpa tanda jasa. Jelas kita wajib heran kenapa pemerintah heran bila UKG guru demikian rendah. Sekali lagi, bukannya meningkatkan jurusan pendidikan, yang dilakukan pemerintah malah mengobral jurusan ini.
Dan itu baru satu hal. Lulusan jurusan pendidikan atau mereka yang bergelar S.Pd seringkali harus makan hati. Kalau mereka ingin lurus menjadi guru, para mantan mahasiswa pendidikan ini harus siap digaji di bawah UMR untuk mendidik anak bangsa. Mari kita heran lagi ketika pemerintah heran kualitas pendidikan Indonesia rendah. Kita juga bisa heran pada mereka yang heran kenapa kok pemerintah membiarkan generasi penerus bangsanya diajari oleh seorang manusia dengan penghasilan mulai dari 100 ribuan. Luar biasa!

Duka Ketidakpastian Menjadi Mahasiswa Pendidikan

Guru yang memegang amanah sebagai penentu kualitas generasi masa depan demikian diabaikan oleh negara. Profesi ini dianggap bodoh pula sehingga kebijakan dari menteri pendidikan selalu bersifat top down. Mana ada sejarahnya menteri pendidikan dari seorang guru? Paling mentok dari rektor yang tak pernah berhadapan dengan kurikulum ajaib di sekolah Indonesia. Salah satu yang nyata terlihat adalah pemberlakuan atau pemaksaan aplikasi kurikulum 2013. Kurikulum ini banyak mendapat kritik tapi pemerintah peduli setan dengan kritik tersebut. Hanya menteri baru yang bisa menghentikan kurikulum tersebut. Itupun dilakukan bukan harus karena yang bersangkutan mendengarkan guru.
Mahasiswa pendidikan, sadarlah. Ketika kita mendidik anak bangsa nantinya, buat mereka agar bisa menghargai pentinya pendidikan dan para pendidik secara umum. Kita adalah kunci dari kualitas generasi masa depan. Kenapa kita harus diam bunuh diri sedangkan kita punya kesempatan bangkit memperbaiki kondisi ini? Sudah terlalu banyak siswa yang durhaka pada bapak ibu gurunya dulu.

0 komentar:

Posting Komentar