Minggu, 17 Juni 2018

Memiliki Teman Kerja Jahat, Seperti Apa?

style='display:block; text-align:center;'/>
Jujur, saya paling suka berbagai pengalaman baik itu pengalaman sehari-hari maupun pengalaman dunia kerja. Nah, tapi selain suka berbagi, saya juga suka mendengar curhat pengalaman teman saya. Dan tulisan ini didasarkan pada cerita seorang teman saya. Kala itu, ia menceritakan pengalamannya berhubungan dengan teman kerja jahat. Ha? Jahat? 

Iya jahat. Dari cerita teman saya, ia punya seorang rekan kerja, sebut saja Y. Si Y ini sebetulnya anaknya pintar, tapi di sisi lain ia juga ambisius. Kebetulan, Y ditempatkan di bawah divisi yang dipimpin teman saya. Awalnya sih tak mengapa… tapi lama-kelamaan banyak konflik yang timbul di antara keduanya.
Persoalan pertama, si Y suka cari perhatian dengan pimpinan perusahaan. Dan pernah suatu ketika ia menjelek-jelekkan teman saya yang kepala divisinya. Teman saya pun dipanggil oleh Pak Bos. Di sini ribut-ribut terjadi. Suasana divisi teman saya tegang. Akhirnya, memperhatikan bahwa teman saya ini “loyal”, ia memindah Y ke divisi lain. Padahal, Pak bos ini sebetulnya sangat suka dengan Y. Y memang sangat charming dan percaya diri. Ia bisa meyakinkan orang dengan mudah dan merupakan satu dari sekian orang di perusahaan yang kata-katanya bisa dituruti si bos. Padahal, ia masih anak baru.

Teman Kerja jahat

Nah, setelah pindah ke divisi lain, suasana memang jadi lebih kalem. Tapi kemudian ada desas-desus bahwa orang itu mendekati akuntan perusahaan. Mbak akuntannya ini kebetulan adalah seorang janda, dan sepertinya didekati orang tersebut untuk mendapatkan data perusahaan.
Tapi desas-desus ini tak banyak berkembang. Tak ada konflik yang terjadi.
Konflik besar terjadi ketika pimpinan marketing perusahaan tersebut yang lama di kantor cabang pulang ke kantor pusat. Seperti ada matahari kembar, masalah pun terjadi. Pada akhirnya, si teman yang menurut teman saya adalah teman kerja jahat ini mengundurkan diri. Dan apa yang kemudian terjadi? Jeng.. jeng.. jeng! Ia mendirikan perusahaan tandingan yang produknya meniru perusahaannya dulu itu. Hahaha…
Setelah ia resign, mbak akuntan baru bicara blak-blakan soal apa yang terjadi. Ia mengaku sering mentraktir orang tersebut sambil ditanya ini itu. Ia bilang sih seperti “dihipnotis” dan merasa dibuat jatuh cinta dengannya. Dan soal formulasi produknya, rupanya ia dulu mendekati R n D perusahaan. Ia menyalin formula produk yang dipercayakan si RnD kami.
Pimpinan marketing pun mengaku bahwa saat mereka konflik, orang itu pernah memberikan segelas air putih. Curiga, si marketing tak meminumnya dan bertanya tajam apa maksudnya itu… Dan akhirnya ybs minta maaf. Btw, bapak marketing tersebut curiga bahwa air itu sudah “diberi jampi-jampi”. Apalah itu pokoknya… Haha..
Sebetulnya, saya bingung sih apakah orang ini masuk kategori teman kerja jahat. Dari ceritanya, sepertinya yang bersangkutan cuma ingin mencari tahu seluk beluk perusahaan lalu menirunya. Tapi memang kalau dilihat dari caranya yang memanipulasi orang dan menjelek-jelekkan teman saya, mungkin ia pas disebut teman kerja jahat.

0 komentar:

Posting Komentar