style='display:block; text-align:center;'/>
Anda ingin menjadi guru? Baik Anda yang masih sekolah atau Anda yang sudah lulus kuliah tapi tertarik dengan profesi ini, baiknya pertimbangkan dulu beberapa hal terkait pekerjaan tersebut. Mengapa? Bagi yang akan mengambil jurusan pendidikan, tentu saja agar tidak salah pilih. Namun secara umum, agar kelak kita tak menyesal dan menumpuk dosa dengan sejuta keluh kesah.
Delapan Pertimbangan Sebelum Menjadi Guru
Kalau tidak Sertifikasi, Jangan Harap Hidup Enak
Guru sertifikasi memang tergolong sejahtera. Pendapatan per bulannya saja bisa 5 juta sampai 7 juta rupiah. Tapi kalau Anda tidak sertifikasi, jangan mimpi bisa hidup enak.
Sarjana Non Pendidikan juga Bisa Menjadi Pendidik
Pemerintah sama sekali tidak menganggap bahwa profesi guru adalah profesi spesial yang harus dilakukan oleh orang-orang khusus. Malah, pemerintah membolehkan sarjana semua jurusan menjadi pengajar hanya dengan matrikulasi beberapa SKS saja. Alasannya pemerintah ingin semua yang kompeten bisa menjadi pendidik. Sungguh aneh. Kalau ingin profesi tersebut dipenuhi oleh mereka yang kompeten harusnya jurusan pendidikan ditingkatkan kualitasnya, bukan malah diremehkan sedemikian rupa.
Gaji Guru Honorer Mulai dari 150 ribu sampai Maksimal UMR
Sudah bukan rahasia lagi sepertinya kalau gaji honorer memang bisa membuat tangis bayi makin meledak. Bayangkan, seorang pendidik digaji 150 ribu sebulan. Si pengajar pun tak ayal harus mencari sampingan di sana-sini. Bagaimana dengan nasib siswa yang diajar? Pemerintah sih tinggal tutup telinga dan menyalahkan para honorer yang meminta kesejahteraan.
Mengajar di Bimbel Jauh Lebih Menguntungkan Daripada Mengajar di Sekolah
Mengajar di bimbel bahkan jauh lebih baik dibanding mengajar di lembaga yang dimiliki pemerintah. Padahal, pengajaran di bimbel itu tidak lengkap lho. Siswa hanya diajari secara kognitif. Pengajar bimbel tak peduli dengan aspek afektif dan aspek lainnya pada siswa. Tanyalah kenapa bimbel bisa lebih waras dari negara.
Tuntutan Pendidikan Tidak Jelas: Antara Pembelajaran Aktif sampai Hafalan Soal UN
Tuntutan atau tujuan pendidikan Indonesia sama sekali tidak jelas. Pemerintah prihatin dengan minat baca siswa Indonesia yang rendah tapi dalam susunan kurikulumnya tidak memfokuskan masalah ini dengan baik. Siswa malah diharuskan menghafal berbagai majas, karangan karya sastra, dan hafalan-hafalan lainnya yang akan diujikan di UN.
Bukan Sekedar Profesi Pencari Uang
Ini salah satu kelebihan yang bisa Anda nikmati ketika bekerja sebagai pendidik. Uang itu penting, tapi kehidupan bukan hanya uang. Orang-orang seperti Butet Manurung, Mother Theresa, dst punya sumbangsih luar biasa dan namanya terus diingat manusia karena pengabdiannya. Meski menjadi guru tidak serta merta membuat nama Anda terpampang di buku sejarah, tapi Anda telah melakukan pengabdian yang akan berharga bagi manusia lainnya.
Dituntut Membuat Administrasi Njlimet
Kita mengenal jenis pekerjaan konseptor (pembuat rencana) dan pelaksana. Antar keduanya seharusnya dipisah meski tetap wajib ada sinergi timbal balik untuk membuat pembenahan secara berkala. Sayangnya hal ini hampir tak berlaku di dunia pendidikan. Anda dituntut membuat rencana untuk sekian kelas dengan isi sekian siswa, melaksanakannya sendiri, dan tidak pernah punya kewenangan untuk memutuskan secara mandiri. Poin ini lebih jelasnya akan diterangkan pada nomor 8.
Kebijakan Top Down (Suara Anda tak Pernah Didengarkan
Tahukah Anda, kepala rumah sakit wajib dikepalai dokter? Tapi tahukah Anda posisi tertinggi seorang guru adalah kepala sekolah? Kita tak pernah punya menteri dari kelompok pendidik ini atau setidaknya dari mereka yang bergelar S.Pd atau M.Pd. Kebijakan dalam dunia pendidikan selalu top down. Pemerintah boleh saja berkata bahwa mereka mendengarkan ucapan guru. Tapi ucapan itu diolah sendiri lalu diputuskan secara sepihak untuk kemudian diwajibkan bagi para pengajar. Contoh: bagi Anda yang masih sekolah, Anda mungkin akan heran kenapa diajari terlalu banyak materi yang tidak jelas juga manfaatnya di dunia nyata untuk apa. Ketahuilah adik-adik yang masih sekolah, materi itu adalah materi pesanan pusat. Bukan guru Anda yang memutuskan hal tersebut.
Aturan Tidak Jelas Soal Hukuman Fisik
Pertimbangan krusial lain bila Anda berminat menjadi pengajar adalah masalah ketidakjelasan soal hukuman fisik. Tak jarang cubitan ringan bisa berbuah bui. Ada baiknya bila Anda memang sangat berminat dengan profesi ini, buatlah materai perjanjian dulu antara Anda dengan wali murid. Sehingga Anda tak perlu masuk koran sebagai guru malah yang dipenjara atau dipukuli wali kelas.
0 komentar:
Posting Komentar