style='display:block; text-align:center;'/>
Dari berbagai rekan atau teman kerja yang pernah saya hadapi, teman yang paling menyebalkan adalah si tipe carmuk aka cari muka. Menghadapi teman kerja cari muka bisa dibilang gampang-gampang susah. Sering kita harus makan hati dengan tingkah polah mereka.
Seperti Apa Teman Kerja Carmuk itu?
Membicarakan bos di belakang itu hal yang sangat biasa di tempat kerja. Rasanya, hampir semua karyawan pernah melakukan ini. Tapi ada saja tipe yang ketika di belakang begitu “jahat” dengan si bos, tapi ketika di depan bos, dia berubah 180 derajat. Well, kebanyakan dari kita tentu tak akan berani menampakkan ketidaksukaan secara langsung di hadapan pimpinan. Tapi kalau levelnya sudah menjilat-jilat, tentu lain lagi. Apalagi kalau jilatan-jilatan itu diikuti dengan omongan yang menjatuhkan teman lain.
Pertama kali saya masuk dunia kerja, saya melihat orang dengan tipe seperti ini. Saya sampai luar biasa kaget dengan si teman kerja cari muka itu. Lah, bagaimana tidak kaget? Waktu istirahat, dia mengajak saya bicara dengan sangat ramah. Kita bicara ngalor-ngidul sampai saya kemudian menumpahkan keluh kesah mengenai target kerja yang sepertinya terlalu berat untuk dicapai seorang diri. Dia mengiyakan omongan saya sambil menjelek-jelekkan pimpinan. Ehhh… begitu pimpinan datang di sore harinya, dia mengkritik saya terkait unek-unek saya.
Tidak. Dia memang tidak langsung membeberkan curhatan saya. Tapi dia melihat curhatan saya sebagai kelemahan lalu menyampaikan pada bos. Misal saya bilang, “target sekian sepertinya tidak bisa saya capai sendiri, bos-nya kok nggak mau nambah karyawan ya Pak?”. Dari kata-kata ini, dia bilang ke bos saya bahwa, “divisi kita orangnya terlalu pesimis, misalnya mbak XX ini tidak yakin dengan dirinya sendiri sehingga harus lebih dipacu”.
Dan tentu saja dia langsung mendapat pujian dari bos sebagai karyawan yang bersemangat. Sedangkan saya mendapat kritik dan dorongan agar lebih bersemangat lagi. Nyebelin kan?
Mulai hari itu, saya mencoba menghindari si teman kerja cari muka tersebut. Tapi harus diakui sih, orang ini memang supel. Dia mudah sekali membuat suasana menjadi asyik. Dia juga mudah membuat candaan yang lucu. Dan orangnya pun termasuk cerdas. Tapi ya itu tadi, bahaya kalau sama dia.
Tidak. Dia memang tidak langsung membeberkan curhatan saya. Tapi dia melihat curhatan saya sebagai kelemahan lalu menyampaikan pada bos. Misal saya bilang, “target sekian sepertinya tidak bisa saya capai sendiri, bos-nya kok nggak mau nambah karyawan ya Pak?”. Dari kata-kata ini, dia bilang ke bos saya bahwa, “divisi kita orangnya terlalu pesimis, misalnya mbak XX ini tidak yakin dengan dirinya sendiri sehingga harus lebih dipacu”.
Dan tentu saja dia langsung mendapat pujian dari bos sebagai karyawan yang bersemangat. Sedangkan saya mendapat kritik dan dorongan agar lebih bersemangat lagi. Nyebelin kan?
Mulai hari itu, saya mencoba menghindari si teman kerja cari muka tersebut. Tapi harus diakui sih, orang ini memang supel. Dia mudah sekali membuat suasana menjadi asyik. Dia juga mudah membuat candaan yang lucu. Dan orangnya pun termasuk cerdas. Tapi ya itu tadi, bahaya kalau sama dia.
Solusi
So yang saya lakukan cukup tetap ramah dengan dia tapi saya mencoba sekuat mungkin untuk tidak bicara apapun yang penting dengannya. Wong tidak bicara saja kadang kala dijatuhkan kok langsung di depan pimpinan. Dan ternyata, sifatnya yang seperti itu sudah lama diketahui teman yang lain. Hanya saja, kebanyakan dari kita memang jarang yang bisa melawan balik omongan orang seperti ini. Dan ini wajar. Kebanyakan orang memang bukan tipe yang suka berargumen di depan pimpinan. Tapi sebenarnya sih, solusi terbaik menghadapi teman kerja cari muka seperti ini ya membalas balik semua perlakuannya.
0 komentar:
Posting Komentar