style='display:block; text-align:center;'/>
Pertentangan antara idealisme vs pekerjaan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Yang jelas, kondisi ini pastilah bukan kondisi mengenakkan bagi siapapun yang mengalaminya. Sebab, yang dipertentangkan adalah masalah pemenuhan kebutuhan mental dan pemenuhan isi perut. Dua-duanya perlu agar kita sehat. Bagaimana cara mengatasinya ya?
Sebelum membahas hal tersebut, mari lihat skenario terkait tema ini.
3 Bentuk Pertentangan Idealisme vs Pekerjaan
Ketika Jenis Pekerjaan Tidak Cocok
Biasanya ini lumayan banyak terjadi, terutama mereka yang terlalu diarahkan orangtua atau mereka yang terlalu dini mengambil pekerjaan. Saya ada contoh bagaimana seseorang yang sudah lulus S1 Pendidikan Dokter, lantas ia banting setir jadi wirausahawan karena merasa sama sekali tidak cocok jadi dokter. Apalagi, keputusannya masuk di jurusan kedokteran itu dulunya dari arahan orangtuanya. Selama berkuliah ia menahan diri menuruti orangtuanya, tapi setelah lulus ia menyerah dan akhirnya mengikuti keinginannya selama ini.
Ketika Lingkungan Kerja “Berlumur Dosa”
Antara ikut korupsi atau dianggap sok suci… nah yang seperti ini pun sering terjadi, baik itu di perusahaan swasta maupun perusahaan nasional. Kalau ngomong memang gampang. Sering kita enteng menyarankan agar mereka yang menghadapi masalah ini tetep kekeuh dengan pendiriannya. Padahal, kalau kita kekeuh, kita akan dikucilkan. Sudah pasti akan dikucilkan. Bila kita memang sudah benar-benar tak kuat, akan lebih baik kita langsung resign saja. Toh apa gunanya kerja tapi merugikan orang lain?
Ketika Anda Merasa Tidak Dihargai
Persoalan idealisme vs pekerjaan, sering juga disebabkan karena masalah harga diri. Hal ini sebenarnya yang sering makan hati. Lebih makan hati lagi kalau yang berurusan atau menjadi sumber persoalan adalah atasan kita. Mau bagaimana kita melawan kalau kita dalam posisi jabatan yang lebih rendah?
Dalam kasus seperti ini, seringkali emosi memainkan peran besar. Saya kira sih wajar saja. Justru aneh bila kita oke saja dengan harga diri yang terinjak hanya demi gaji bulanan. Toh ada banyak pekerjaan lainnya yang menunggu untuk dimasuki. Ya kan?
Tips
Bagi yang mengalami persoalan idealisme vs pekerjaan ini, sebenarnya saya pun tak bisa bicara terlalu banyak. Apalagi memberikan tips yang sifatnya sangat rinci. Sebab, secara umum kita harus menyelesaikan masalah sesuai kasusnya masing-masing. Jangan menggenerelisasikan antara satu persoalan dengan persoalan yang lain.
Hanya saja, bila kita tidak ingin rugi besar hanya gara-gara idealisme atau merasa “buruk” karena melupakan hal itu, sebaiknya kita mengambil jalan tengah. Mana yang lebih urgent diperhatikan? Atau kita keluar saja bila kita sudah merasa tidak sreg, tapi resign tersebut harus dipersiapkan dengan cermat. Bukan karena emosi lantas tiba-tiba mengambil keputusan untuk keluar.
0 komentar:
Posting Komentar