style='display:block; text-align:center;'/>
Apa saja syarat menjadi dosen? Jawabannya sangat banyak. Saya tak akan membahas detilnya untuk artikel kali ini. Sebagaimana judul artikel di atas, fokus pembahasan akan di arahkan untuk dua syarat yang lebih spesifik, yakni masalah linearitas dan jenjang pendidikan.
Menjadi dosen merupakan sebuah cita-cita bagi saya. Sejak lama saya suka dengan dunia akademis namun terlalu segan menjadi guru. Pertama, saya tak bisa bertahan lama dengan mengabdi menjadi guru honorer. Saya memiliki banyak tanggungan dan tak akan bisa bertahan hidup hanya dengan gaji seorang honorer. Kedua, saya tak memiliki kesabaran sebaik para guru. Siswa bagaimanapun juga membutuhkan didikan dan perhatian yang lebih. Kita harus siap menjadi orangtua kedua. Dan saya tidak punya hal ini. Oleh sebab itulah, profesi mengajar yang saya inginkan saya arahkan untuk menjadi dosen. Dan sampai saat inipun saya sedang berusaha untuk mencapai cita-cita tersebut.
Nah, terkait dengan cara untuk menjadi dosen, tentu saya belum punya kiat-kiat khususnya. Di kesempatan ini, secara khusus saya ingin berbagai pandangan dan pengalaman terkait dengan tuntutan menjadi dosen yang sempat membingungkan. Berikut ini keduanya.
Dua Syarat Menjadi Dosen
Linearitas
Masalah linearitas ini pertama saya dengan waktu saya masih S1. Waktu itu, konon hal ini sedang heboh-hebohnya. Lah, bagaimana tidak? Sudah barang tentu kebijakan baru ini akan “menyenggol” beberapa pihak yang dulunya tidak sesuai kebijakan tersebut? Contoh dulu yang paling santer adalah terkait ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan bidang yang diajarnya. Tapi kala itu saya tak begitu ambil pusing.
Saya mulai penasaran dengan hal ini saat hendak mengambil S2. Kala itu saya ingin mengambil jurusan yang sebenarnya masih satu rumpun dengan S1 saya, tapi jelas tak linear (karena beda). Jelas saya khawatir. Masa keluar banyak uang dan tenaga untuk jurusan yang nantinya tak bisa dipakai di tempat kerja?
Untungnya kebingungan ini kemudian tersudahi dengan saya membaca pengumuman dari Dirjen Dikti. Dari edaran tersebut, kurang lebih isinya:
- Linearitas terkait dengan pekerjaan yang diampu dengan latar belakang terakhir orang tersebut.
- Satu rumpun masih sangat bisa dianggap linear.
Dengan pengetahuan tersebut, akhirnya saya mantap mengambil jurusan yang memang beda dengan S1 saya.
Jenjang S2
Nah, syarat menjadi dosen yang kedua yang ingin saya bahas ialah tentang jenjang S2-nya. Berbagai pikiran menggelayuti. Apakah S2-nya harus dari universitas top? Apakah harus dari universitas luar negeri? Atau bagaimana?
Kemudian, saya bertanya sana-sini. Dan dari berbagai obrolan, memang sebaiknya kita mengambil universitas yang bagus (bila bukan sekedar ingin naik pangkat). Kalau soal luar negeri sih tidak begitu perlu. Meski, jelas itu akan menjadi nilai tambah yang sangat tinggi. Tapi tetap saja, sampai saat ini, hal tersebut belum menjadi syarat menjadi dosen secara umum. Tak tahu ya kalau ada universitas yang memberlakukan hal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar